Hubungan Kompleks Antara Cedera Kepala dan Parkinsonisme
Laporan Patofisiologi: Hubungan Kompleks Antara Cedera Kepala dan Parkinsonisme
1. Pendahuluan: Membedakan Penyakit Parkinson dan Parkinsonisme
1.1. Definisi dan Gejala Klinis Penyakit Parkinson (PD)
Penyakit
Parkinson (PD) didefinisikan sebagai gangguan
neurodegeneratif kronis progresif yang terutama memengaruhi sistem saraf pusat
yang bertanggung jawab atas kontrol gerakan tubuh.1 Gejala klinis dari PD disebabkan oleh
penurunan kadar dopamin, sebuah neurotransmitter penting yang mengatur
koordinasi gerakan.2
Penurunan ini terjadi akibat degenerasi dan kematian sel-sel saraf penghasil
dopamin, khususnya di area otak yang disebut substantia nigra pars compacta.2 Gejala motorik yang khas dan menonjol,
seperti tremor istirahat, bradikinesia (gerakan melambat), rigiditas (kekakuan
otot), dan gangguan refleks postural yang menyebabkan masalah keseimbangan,
mulai muncul ketika sekitar 80% neuron dopaminergik di area tersebut telah
hilang.4
Selain
gejala motorik, pasien PD juga sering mengalami gejala non-motorik yang dapat
muncul bahkan sebelum gejala motorik terlihat atau pada tahap penyakit yang
lebih lanjut. Gejala ini mencakup disfungsi kognitif, depresi, gangguan
penciuman, masalah tidur, dan konstipasi.3 Karena sifatnya yang progresif, gejala
penyakit akan memburuk seiring berjalannya waktu jika tidak dikelola dengan
tepat.1
1.2. Pengenalan Parkinsonisme dan Hubungannya dengan Trauma Kepala
Parkinsonisme
adalah sebuah sindrom klinis yang memiliki gejala-gejala
motorik serupa dengan PD, seperti tremor, bradikinesia, dan rigiditas. Namun,
tidak seperti PD yang bersifat idiopatik (penyebabnya tidak diketahui secara
pasti), Parkinsonisme dapat disebabkan oleh berbagai kondisi lain, termasuk
proses infeksi, paparan toksin, penggunaan obat-obatan tertentu, stroke, dan
trauma kepala.4
Trauma kepala, atau cedera otak traumatik (TBI), diakui sebagai salah satu
faktor risiko potensial untuk penyakit neurodegeneratif, termasuk Parkinsonisme
dan Ensefalopati Traumatik Kronis (CTE).9
2. Bukti Epidemiologis dan Tantangan Analisis Kausalitas
2.1. Hubungan Epidemiologis antara TBI dan Parkinsonisme
Sejumlah
penelitian epidemiologis dan meta-analisis telah menunjukkan hubungan yang
signifikan antara riwayat TBI dan peningkatan risiko pengembangan
Parkinsonisme. Sebuah meta-analisis pada tahun 2013 yang meninjau 22 studi,
menunjukkan bahwa riwayat trauma kepala yang menyebabkan gegar otak terkait
dengan peningkatan risiko PD, dengan pooled
odds ratio (OR) sebesar 1.57 (95% CI, 1.35–1.83).11 Studi lain juga memperkuat temuan ini,
menunjukkan OR sebesar 1.637 untuk Parkinsonisme dan 1.717 untuk PD secara
spesifik setelah cedera otak traumatik ringan (mTBI).11
Meskipun
data epidemiologis menunjukkan korelasi yang kuat, hubungan kausalnya tidak
selalu linier. Sebuah tantangan besar dalam analisis ini adalah fenomena yang
dikenal sebagai "penyebab terbalik" atau reverse causation.14
Gejala motorik awal dari PD, seperti perlambatan reaksi (bradikinesia),
gangguan keseimbangan, dan ketidakstabilan postural, dapat membuat pasien lebih
rentan untuk jatuh dan mengalami cedera kepala.14 Oleh karena itu, pada beberapa kasus,
terutama pada populasi usia lanjut, jatuh dan TBI yang dialami pasien mungkin
bukan penyebab Parkinson, melainkan merupakan salah satu manifestasi pertama
dari penyakit yang sudah berkembang secara subklinis. Para peneliti menyarankan
agar studi klinis mengecualikan pasien yang didiagnosis PD segera setelah TBI,
karena kelompok ini kemungkinan sudah memiliki PD insipien (tahap awal).14 Hal ini menunjukkan bahwa penting untuk
adanya jeda waktu yang jelas antara trauma dan onset gejala untuk menegakkan
hubungan kausal.6
2.2. Perbedaan Risiko: Trauma Tunggal vs. Berulang
Studi
menunjukkan bahwa jenis trauma kepala memengaruhi risiko pengembangan
Parkinsonisme. Cedera kepala tunggal, terutama yang ringan, terkadang justru
dapat mendorong aktivasi mekanisme neuroprotektif dan perbaikan jaringan saraf
di otak.9 Oleh
karena itu, Parkinsonisme setelah trauma tunggal dianggap jarang terjadi,
kecuali jika trauma tersebut cukup parah untuk menyebabkan kerusakan langsung
pada area substantia nigra di otak.6
Sebaliknya,
cedera kepala berulang atau repetitif, seperti yang sering terjadi pada atlet
olahraga kontak atau veteran militer, memperparah kerusakan saraf dan
mengganggu fungsi sinaps secara signifikan.9 Efek dari trauma berulang bersifat
kumulatif, dan penelitian pada model hewan menunjukkan dampak negatif yang
persisten terhadap fungsi motorik dan kognitif.9
3. Mekanisme Patofisiologi Kunci: Jalur Seluler dan Molekuler
Hubungan
antara TBI dan Parkinsonisme tidak terjadi melalui satu mekanisme tunggal,
melainkan melalui kaskade peristiwa seluler dan molekuler yang kompleks. TBI
memicu serangkaian respons yang saling terhubung, yang secara kolektif
menyebabkan degenerasi neuron dopaminergik.
Tabel berikut meringkas jalur utama yang menghubungkan TBI dengan degenerasi neuron dopaminergik:
Mekanisme Patofisiologi |
Pemicu Langsung |
Proses Molekuler/Seluler |
Dampak Akhir |
Agregasi
Alfa-Sinuklein |
Trauma kepala, pelepasan protein abnormal,
disfungsi genetik (SNCA) 6 |
Ekspresi berlebih dan akumulasi protein
alfa-sinuklein abnormal. Pembentukan gumpalan protein intraseluler (Lewy
bodies).3 |
Kematian neuron dopaminergik.11 |
Stres
Oksidatif |
TBI, disregulasi metabolisme dopamin,
disfungsi mitokondria, peningkatan zat besi reaktif 6 |
Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan
antioksidan, kerusakan komponen seluler vital.6 |
Degenerasi sel saraf progresif.6 |
Neuroinflamasi |
Trauma kepala, aktivasi sel-sel imun otak 6 |
Aktivasi sel mikroglia dan astrosit.
Pelepasan sitokin dan mediator pro-inflamasi kronis. |
Kerusakan dan degenerasi sel saraf
dopaminergik.6 |
3.1. Peran Sentral Protein Alfa-Sinuklein
Patologi
utama dari Penyakit Parkinson klasik adalah akumulasi protein alfa-sinuklein
abnormal yang membentuk gumpalan sitoplasmik, dikenal sebagai Lewy bodies, di
dalam neuron dopaminergik yang masih hidup.3 Akumulasi ini secara progresif menyebabkan
kematian sel saraf. Studi menunjukkan bahwa TBI dapat menyebabkan ekspresi
berlebih dan akumulasi protein alfa-sinuklein.6 Mekanisme ini melibatkan interaksi antara
ekspresi alfa-sinuklein yang berlebihan dengan peradangan pada neuron yang
diinduksi oleh cedera, yang kemudian memediasi degenerasi neuron melalui jalur
dopaminergik nigrostriatal.11
Pemahaman akan peran sentral alfa-sinuklein ini telah membuka jalan bagi strategi terapi baru untuk Parkinsonisme pasca-trauma. Tujuannya adalah untuk mengurangi toksisitas protein ini melalui beberapa pendekatan. Penelitian menargetkan untuk mengurangi agregasi protein ini, misalnya dengan menghambat Caspase-1; menurunkan sintesisnya; atau meningkatkan pembersihannya dari sel melalui aktivasi sistem ubiquitin/proteasome.11 Strategi-strategi ini menunjukkan bagaimana penelitian saat ini tidak hanya berfokus pada hubungan kausal, tetapi juga bagaimana intervensi dapat dikembangkan untuk menargetkan akar masalah molekuler yang sama pada Parkinsonisme idiopatik dan yang disebabkan oleh trauma.
3.2. Neuroinflamasi: Respon Imun Pasca-Trauma
Trauma
kepala memicu respons inflamasi di otak, suatu kondisi yang dikenal sebagai
neuroinflamasi.6
Respon ini melibatkan aktivasi sel-sel imun otak, seperti mikroglia dan
astrosit.11
Aktivasi sel-sel glial ini menyebabkan pelepasan sitokin dan mediator
pro-inflamasi, yang jika terus berlanjut secara kronis, dapat merusak dan
menyebabkan degenerasi sel saraf dopaminergik.6
Jalur neuroinflamasi ini bukanlah mekanisme yang spesifik hanya untuk TBI. Peradangan saraf juga merupakan tema patologis yang berulang pada berbagai faktor risiko PD lainnya, termasuk paparan polusi udara.15 Partikel halus dari polusi udara, seperti PM2.5, dapat memasuki otak melalui aliran darah dan memicu peradangan saraf.15 Adanya kesamaan respons biologis (peradangan saraf) terhadap berbagai pemicu yang berbeda—baik trauma fisik maupun paparan bahan kimia lingkungan—menyiratkan adanya "jalur kerusakan umum" di otak. Degenerasi neuron dopaminergik dapat dianggap sebagai hasil akhir dari berbagai serangan terhadap sel saraf, yang semuanya memiliki komponen inflamasi yang signifikan.
3.3. Stres Oksidatif dan Kerusakan Seluler
TBI
juga dapat menyebabkan stres oksidatif, yang terjadi ketika terdapat
ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan sistem
antioksidan tubuh untuk mendetoksifikasinya.6 Stres oksidatif yang berlebihan sangat
merusak, karena ia menyerang komponen seluler vital, termasuk membran sel,
protein, dan DNA.6
Kerusakan ini terutama mengganggu fungsi mitokondria, yang merupakan pusat
produksi energi seluler dan sangat penting untuk metabolisme dopamin.6 Gangguan pada fungsi mitokondria ini secara
langsung berkontribusi pada kematian sel-sel neuron.6
4. Interaksi Kompleks dengan Faktor-Faktor Lain
4.1. Interaksi Genetik dan Lingkungan
Faktor
genetik memainkan peran penting dalam risiko PD. Mutasi pada gen tertentu,
seperti gen SNCA, diketahui meningkatkan risiko PD.2 Cedera kepala diduga berinteraksi dengan
predisposisi genetik ini untuk mempercepat atau memicu kejadian PD.6 Dalam konteks ini, faktor lingkungan dan
trauma berfungsi sebagai "pelatuk" pada individu yang secara genetik
sudah memiliki "senjata yang terisi."
Namun, hubungan antara genetika dan trauma lebih bernuansa daripada sekadar peningkatan risiko. Penelitian pada pasien mTBI telah menunjukkan bahwa polimorfisme pada gen SNCA dapat memengaruhi hasil kognitif pasca-cedera, di mana beberapa varian genetik bahkan memberikan efek protektif.17 Sebagai contoh, keberadaan alel minor tertentu pada gen SNCA (rs1372525) secara signifikan terkait dengan kinerja memori yang lebih baik setelah mTBI.18 Temuan ini menantang paradigma lama dan menunjukkan bahwa genetika tidak hanya berfungsi sebagai faktor risiko, tetapi juga sebagai penentu resiliensi atau ketahanan seseorang terhadap trauma. Ini menjelaskan mengapa tidak semua orang yang mengalami riwayat TBI yang sama akan mengembangkan Parkinson.
4.2. Ringkasan Faktor Risiko Lain
Selain
trauma kepala, faktor-faktor lain juga diketahui meningkatkan risiko Penyakit
Parkinson:
●
Usia: Usia
lanjut adalah faktor risiko utama.2
Seiring bertambahnya usia, kemampuan sel saraf untuk berfungsi menurun secara
alami, yang dapat mempercepat degenerasi dopaminergik.2
●
Paparan
Lingkungan: Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia berbahaya
seperti pestisida dan herbisida (contohnya paraquat), serta polusi udara
(terutama PM2.5), telah secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan risiko
PD.2 Paparan ini diyakini memicu jalur patologis
serupa yang melibatkan stres oksidatif dan neuroinflamasi.15
5. Subtipe Klinis Khusus: Ensefalopati Traumatik Kronis (CTE) dan
Parkinsonisme
5.1. Definisi dan Patologi CTE
Ensefalopati
Traumatik Kronis (CTE) adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang
disebabkan oleh benturan kepala berulang.9 Kondisi ini sering terlihat pada atlet
olahraga kontak, seperti petinju dan pemain American
football, serta veteran militer yang terpapar ledakan.21
Penting
untuk dicatat adanya perbedaan patologis mendasar antara PD klasik dan
Parkinsonisme yang terkait dengan CTE. Penyakit Parkinson klasik secara
patologis didefinisikan oleh akumulasi protein alfa-sinuklein (Lewy bodies).3 Sebaliknya, CTE didefinisikan sebagai
"tauopati" yang ditandai oleh akumulasi protein Tau yang mengalami
hiperfosforilasi, membentuk gumpalan yang disebut neurofibrillary tangles.21
Studi klinis terbesar hingga saat ini yang meneliti otak mendiang atlet dengan CTE menemukan bahwa sebagian besar individu (76%) yang mengalami Parkinsonisme tidak memiliki patologi Lewy body.23 Sebaliknya, gejala Parkinsonisme pada mereka lebih terkait dengan tingkat keparahan kematian sel otak terkait CTE dan penumpukan protein Tau di substantia nigra.23 Temuan ini adalah bukti krusial yang menunjukkan bahwa "Parkinsonisme" bukanlah satu entitas patologis tunggal. Cedera berulang (seperti pada CTE) dapat memicu degenerasi neuron dopaminergik melalui mekanisme yang didominasi oleh protein Tau, yang berbeda dari patologi Lewy body yang terlihat pada PD idiopatik atau yang terkait dengan cedera kepala tunggal.
5.2. Gejala Parkinsonisme pada Penderita CTE
Gejala
Parkinsonisme seperti perlambatan gerakan, kaku, dan masalah keseimbangan
adalah manifestasi klinis yang umum pada CTE.22 Studi menunjukkan bahwa keparahan patologi
Tau di substantia nigra berkorelasi
dengan durasi paparan terhadap benturan kepala.23 Ini menunjukkan hubungan yang kuat antara
"dosis" trauma dan risiko gejala, di mana setiap tahun tambahan
bermain olahraga kontak dikaitkan dengan peningkatan risiko keparahan penyakit
di area otak yang mengontrol gerakan.23
Tabel
berikut secara eksplisit membandingkan ciri-ciri patologis, pemicu, dan protein
kunci yang terlibat dalam kedua kondisi untuk menyoroti perbedaan
fundamentalnya:
Karakteristik |
Penyakit Parkinson Klasik (Idiopathic PD) |
Parkinsonisme Terkait CTE |
Etiologi |
Idiopatik (tidak diketahui secara pasti) 3 |
Cedera kepala berulang atau repetitif 9 |
Protein
Patologis Khas |
Alfa-Sinuklein 3 |
Protein Tau yang mengalami hiperfosforilasi
21 |
Gumpalan
Abnormal |
Lewy
bodies 3 |
Neurofibrillary
tangles 21 |
Lokasi
Akumulasi Khas |
Neuron dopaminergik di substantia nigra 4 |
Area perivaskular dan substantia nigra 21 |
Hubungan
dengan TBI |
Peningkatan risiko pasca-trauma tunggal 11 |
Pemicu utama, terutama pada kasus trauma
berulang 23 |
6. Kesimpulan dan Implikasi Klinis
6.1. Sintesis Temuan: Jalur Kausalitas yang Terungkap
Secara
keseluruhan, jatuh yang mengakibatkan cedera kepala traumatik, terutama yang
bersifat parah atau berulang, secara epidemiologis meningkatkan risiko
pengembangan Parkinsonisme. Namun, hubungan ini adalah multifaktorial dan tidak
dapat disederhanakan sebagai sebab-akibat langsung. Kausalitasnya melibatkan
kaskade kompleks yang mencakup:
1.
Mekanisme
Patofisiologi Konvergen: Cedera kepala memicu serangkaian peristiwa
yang melibatkan disregulasi protein alfa-sinuklein, stres oksidatif, dan
neuroinflamasi. Semua jalur ini secara kolektif menyebabkan degenerasi neuron
dopaminergik, yang menjadi ciri khas sindrom Parkinsonisme.
2.
Jeda
Waktu: Sifat progresif dari proses neurodegeneratif ini berarti
bahwa onset gejala biasanya tertunda selama bertahun-tahun setelah kejadian
trauma, sehingga sulit untuk menghubungkan secara langsung.
3.
Nuansa
Diagnostik: Penting untuk membedakan antara TBI yang berfungsi
sebagai pemicu penyakit dan jatuh yang mungkin merupakan gejala awal dari PD
yang belum terdiagnosis (fenomena "penyebab terbalik").
4. Subtipe Patologis: Cedera berulang (CTE) dapat menyebabkan Parkinsonisme melalui mekanisme yang didominasi oleh protein Tau, yang berbeda dari patologi Lewy body pada PD klasik. Hal ini menunjukkan bahwa Parkinsonisme adalah sindrom klinis yang dapat timbul dari jalur patologis yang berbeda.
6.2. Rekomendasi Klinis dan Strategi Pencegahan
Mengingat hubungan ini, penting bagi dokter, khususnya spesialis saraf, untuk melakukan evaluasi riwayat medis yang cermat pada pasien, termasuk riwayat cedera kepala, terutama yang bersifat berulang.1 Langkah-langkah proaktif dalam pencegahan sangat vital. Menerapkan penggunaan alat pelindung diri, seperti helm, dalam olahraga kontak atau pekerjaan yang berisiko tinggi terhadap benturan kepala, merupakan strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko neurodegeneratif jangka panjang.19
6.3. Arah Penelitian Masa Depan
Meskipun
pemahaman mengenai hubungan ini telah berkembang pesat, masih banyak area yang
memerlukan penelitian lebih lanjut. Diperlukan pengembangan biomarker
non-invasif yang dapat mendeteksi patologi alfa-sinuklein atau Tau secara dini
setelah TBI, memungkinkan intervensi terapeutik sebelum degenerasi neuron
meluas. Selain itu, studi longitudinal yang dapat melacak perkembangan gejala
dari TBI hingga potensi diagnosis Parkinsonisme atau CTE sangat dibutuhkan
untuk menguraikan hubungan kausalitas secara lebih tepat dan memahami mengapa
beberapa individu lebih rentan daripada yang lain.
Daftar Pustaka
1.
Mengenal
Penyakit Parkinson: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - emc.id, accessed
September 12, 2025, https://www.emc.id/id/care-plus/mengenal-penyakit-parkinson-gejala-penyebab-dan-pengobatan
2.
Penyebab
Parkinson Adalah Faktor Usia? Cek Faktanya - National Hospital, accessed
September 12, 2025, https://national-hospital.com/id/artikel/penyebab-parkinson-adalah-faktor-usia-cek-faktanya
3.
Ini
Penyebab Penyakit Parkinson yang Perlu Diketahui - Halodoc, accessed September
12, 2025, https://www.halodoc.com/artikel/ini-penyebab-penyakit-parkinson-yang-perlu-diketahui
4.
Penyakit
Parkinson (Parkinson Disease, PD) - Gangguan Otak, Sumsum Tulang Belakang, dan
Saraf - Manual MSD Versi Konsumen, accessed September 12, 2025, https://www.msdmanuals.com/id/home/gangguan-otak-sumsum-tulang-belakang-dan-saraf/gangguan-gerakan/penyakit-parkinson-parkinson-disease-pd
5.
Development
of Parkinsonism symptoms immediately after severe head injury - PMC, accessed
September 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5946382/
6.
Patofisiologi
parkinsonism pasca trauma kepala - Jurnal Universitas ..., accessed September
12, 2025, https://jurnal.ugm.ac.id/bns/article/download/54995/27337
7.
Apa
Itu Penyakit Parkinson? Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - Halodoc, accessed
September 12, 2025, https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-parkinson
8.
Penyakit
Parkinson: Penyebab, Gejala, Diagnosis & Pilihan Pengobatan, accessed
September 12, 2025, https://www.sakraworldhospital.com/id/blogs/things-you-should-know-about-parkinsons-disease-causes-symptoms-and-treatment/468
9.
Cedera
Kepala Berulang Ternyata Memicu Jalur Alzheimer dan Parkinson, accessed
September 12, 2025, https://generasipeneliti.inbio-indonesia.org/tulisan.php?id=IDdwhn9R67i4jA&judul=Cedera-Kepala-Berulang-Ternyata-Memicu-Jalur-Alzheimer-dan-Parkinson
10.
Penyebab
Penyakit Parkinson - Alodokter, accessed September 12, 2025, https://www.alodokter.com/penyakit-parkinson/penyebab
11.
Peran
α-synuclein sebagai target terapi parkinsonisme pasca ..., accessed September
12, 2025, https://jurnal.ugm.ac.id/bns/article/view/61895
12.
Head
injury and risk of Parkinson disease: a systematic review and meta-analysis -
PubMed, accessed September 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23609436/
13.
Mild
Traumatic Brain Injury as a Risk Factor for Parkinsonism, Tics, and Akathisia:
A Systematic Review and Meta-Analysis - MDPI, accessed September 12, 2025, https://www.mdpi.com/2075-1729/14/1/32
14.
Traumatic
brain injury in later life increases risk for Parkinson's disease - PubMed
Central, accessed September 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4447556/
15.
New
evidence supports causal link between air pollutant, Parkinson's, accessed
September 12, 2025, https://parkinsonsnewstoday.com/news/new-evidence-uk-supports-causal-link-air-pollutant-parkinsons/
16.
Awas!
Polusi Udara Bisa Memicu Parkinson dan Alzheimer | Yesdok.com, accessed
September 12, 2025, https://new.yesdok.com/id/article/awas-polusi-udara-bisa-memicu-parkinson-dan-alzheimer
17.
Alpha-synuclein
(SNCA) polymorphisms exert protective effects on memory after mild traumatic
brain injury - CORE, accessed September 12, 2025, https://core.ac.uk/download/pdf/154759617.pdf
18.
Alpha-synuclein
(SNCA) polymorphisms exert protective effects on memory after mild traumatic
brain injury - IU Indianapolis ScholarWorks, accessed September 12, 2025, https://scholarworks.indianapolis.iu.edu/items/d73164cf-9532-41f7-906c-01d1381168f4
19.
Parkinson:
Penyebab, Gejala, dan Pengobatan - Ciputra Hospital, accessed September 12,
2025, https://ciputrahospital.com/penyakit-parkinson/
20.
(PDF)
Parkinson's in Farmers, Could it be Caused by the Paraquat Herbicide Exposure?,
accessed September 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/362382893_Parkinson's_in_Farmers_Could_it_be_Caused_by_the_Paraquat_Herbicide_Exposure
21.
The
Neuropathology of Chronic Traumatic Encephalopathy: The Status of the
Literature, accessed September 12, 2025, https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/abstract/10.1055/s-0040-1713632
22.
Chronic
traumatic encephalopathy - Symptoms and causes - Mayo Clinic, accessed
September 12, 2025, https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-traumatic-encephalopathy/symptoms-causes/syc-20370921
23.
Study
probes contact sports, CTE, parkinsonism links, accessed September 12, 2025, https://parkinsonsnewstoday.com/news/study-probes-contact-sports-cte-parkinsonism-links/
24.
Study
Reveals Link Between Playing Contact Sports and ..., accessed September 12,
2025, https://www.bumc.bu.edu/camed/2024/07/15/study-reveals-link-between-playing-contact-sports-and-parkinsonism-in-individuals-with-chronic-traumatic-encephalopathy/
25.
Chronic
Traumatic Encephalopathy in Athletes: Progressive Tauopathy following
Repetitive Head Injury - PMC, accessed September 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2945234/
26.
Understanding
the Molecular Progression of Chronic Traumatic Encephalopathy in Traumatic
Brain Injury, Aging and Neurodegenerative Disease - MDPI, accessed September
12, 2025, https://www.mdpi.com/1422-0067/24/3/1847
Comments
Post a Comment